5 Hal Penting Sebelum Kamu Membangun Startup

Aan Setianto
6 min readNov 27, 2020

--

Membangun startup

Ini sebuah kisah lagi tentang membangun startup, tetapi 5 hal ini sangat penting untuk kamu lewatkan.

Mungkin saat ini kamu memiliki ide hebat berikutnya yang akan mengubah dunia, sesuatu yang belum dilakukan orang lain, atau sesuatu yang bisa membuatmu kaya dan terkenal. Kamu, bersama teman-temanmu bersemangat untuk mendirikan sebuah startup.

Tetapi mungkin kamu juga sudah tahu bahwa mendirikan startup itu tidaklah mudah. Sebuah pekerjaan sulit dan sangat beresiko. Mengubah ide menjadi startup yang bisa di scale up, tidak cuma membutuhkan modal keberanian, tetapi juga membutuhkan riset, planning, dan eksekusi yang cermat

Kabar baiknya adalah dunia membutuhkan kontribusimu dan startup kamu untuk sukses !
Kabar buruknya adalah kebanyakan startup gagal. Sebanyak 98 dari 100 startup akan gagal, bisa di tahun awal, kedua, sampai kelima, bahkan yang sudah 10 tahun bisa bangkrut. Faktor penyebabnya bermacam, tapi inilah 20 sebab teratas mengapa startup gagal.

Kamu mungkin bisa membaca lagi tulisan saya sebelumnya, Jangan Bangun Startup.

Jelas, tidak ada gunanya membangun perusahaan rintisan keren yang akan bangkrut.
Jadi, mari kita lihat cara meluncurkan startup sukses, yang berdampak pada dunia dan membuat kita tetap terinspirasi, sehingga kita bisa menikmati perjalanannya.

1. Refleksi Diri

Membangun startup harus dilakukan dengan sangat serius, mengingat risiko, investasi, komitmen, efek buruk pada kesehatan dan hubungan, dan pengelolaan startup yang memakan banyak waktu.

Kamu perlu menggali lebih dalam ke dalam jiwa, dan mengajukan pertanyaan sulit seperti ini:

  • Apa tujuanku () mendirikan startup ?
  • Apakah aku bersemangat (passionable) tentang ini?
  • Apakah aku memiliki pengetahuan tentang ide ini ?
  • Apakah aku memiliki karakter seorang pengusaha ?
  • Apakah aku bersedia mengambil risiko kehilangan gaji tetap dari pekerjaanku saat ini ?
  • Bisakah aku menginvestasikan tabunganku dengan kemungkinan kehilangan semuanya ?
  • Bisakah aku memimpin tim ?
  • Apakah aku bersedia bekerja 10+ jam sehari, pada akhir pekan, hari libur, atau liburan ?
  • Dapatkah aku berkomitmen 10 tahun ke depan dalam hidup untuk tujuan ini ?
  • Apakah aku benar-benar ingin melakukan ini?

Fakta mengatakan bahwa startup membutuhkan waktu lebih lama dari yang biasanya kita harapkan, untuk menjadi perusahaan yang menghasilkan keuntungan.

Ingat, startup kamu akan membutuhkan waktu dan usaha sebanyak yang bisa kamu berikan, dan mungkin lebih banyak lagi.

Jika kamu masih berkomitmen, itu luar biasa !

2. Belajar Dan Melakukan Riset

Sebelum memulai, kamu perlu menentukan apa yang lebih penting, menginvestasikan waktu untuk membangun prototipe, atau mempelajari tentang pasar/industri yang akan kamu buat solusinya, atau melakukan sedikit dari keduanya.

Banyak founder (terutama bidang teknologi) mulai membangun prototipe hanya berdasarkan ide mereka. Tetepi memang tidak ada yang salah dengan hal ini.

Namun, sadarilah bahwa produk itu hanya merupakan bagian kecil dari sebuah startup (20%) , sisanya ada keuangan, pemasaran, penjualan, pelanggan, back-office, aturan pemerintah, dan masalah bisnis lainnya.

Sebaiknya lakukan riset terlebih dahulu karena itu akan membuat produk kamu jauh lebih baik, dan membantumu membangun perusahaan rintisan yang lebih layak.

Jika kamu merasa memiliki solusi yang layak untuk masalah pelanggan secara nyata, yaitu sesuatu yang mereka bersedia bayar, maka inilah saatnya untuk menentukan seperti apa profil target pelanggan dan seberapa besar pasarnya.

A. Ukuran Pasar

Mulailah dengan meneliti segala sesuatu tentang industri (misalnya masalah yang bisa kamu selesaikan atau tingkatkan). Kemudian, carilah tahu siapa yang secara spesifik bisa membantu.

Meneliti ukuran pasar ( TAM — SAM — SOM) akan membantumu menentukan seberapa besar kamu dapat men- scale up bisnis dan jenis investasi apa yang mungkin kamu butuhkan (misalnya bootstrap, angel, venture capital).

B. Kompetisi

Kamu juga harus memperhatikan pesaing. Misalnya, pelajari tentang solusi, harga, profil pelanggan, dan persepsi pengguna mereka. Baca liputan pers dan posting media sosial tentang mereka. Hal ini bisa dengan mudah kamu temukan di situs web pesaing atau dengan googling.

C. Profil Pelanggan

Setelah kamu memahami ukuran pasar, kebutuhan pelanggan dan peta persaingan, sekarang saatnya untuk menentukan profil target pelanggan kamu seperti pekerjaan, job position, demografi, geografi, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya.

D. Statistik

Selain itu, carilah statistik dalam industri yang ingin kamu terjun disana, untuk menghindari kesalahan umum yang mungkin akan terjadi. Misalnya, dalam The Top 20 Reasons Startups Fail dari CB Insights, “No Market Need” adalah alasan nomor satu startup gagal (42%). “Kehabisan uang tunai” berada di urutan kedua dengan 29%.

3. Melakukan Test

Sekarang untuk bagian yang bisa jadi menyenangkan !
Saatnya untuk mulai menguji konsep kamu, langsung ke pelanggan.

Ingatlah satu fakta sederhana sepanjang perjalanan kamu nanti, fokuslah terutama pada pelanggan terlebih dahulu, dan semuanya akan berjalan dengan baik.
Menyelesaikan masalah pelanggan, memberikan pengalaman pengguna yang luar biasa (solusi, dukungan), harus menjadi tujuan utama agar startup kamu berhasil.

Misalnya, Lean Startup menggunakan validated learning untuk menentukan, mengukur, mencapai tujuan, serta mengulang. Demikian juga, Design Thinking merekomendasikan untuk bekerjasama dengan pelanggan dalam berempati, mendefinisikan ide + prototipe, dan menguji konsep.

Tujuannya adalah untuk membangun produk yang benar-benar diinginkan pelanggan, secara berulang-ulang dan bertahap.

A. Bekerjasama Dengan Pelanggan

Bekerjasama dengan pelanggan bisa dalam bentuk sesi kerja secara langsung, atau secara virtual (misalnya video dengan screen share). Contoh, untuk pelanggan B2B, kamu bisa mengunjungi mereka di tempatnya / kantornya. Sedangkan, untuk pelanggan B2C, kamu bisa melakukannya dalam bentuk survey / permintaan umpan balik.

Untuk benar-benar memahami poin masalah pelanggan, kamu perlu bekerja sama dengan mereka di lingkungan mereka.

Seringnya, pengusaha bersembunyi di balik layar, dan berkomunikasi secara virtual melalui teks (email, obrolan), hal itu kurang bagus.

Paling tidak, gunakanlah video conference agar bisa sedekat mungkin mendapatkan pengalaman secara langsung. Fakta mengatakan bahwa isyarat non verbal menjadi bagian penting dari komunikasi yang efektif.

B. Membangun MVP secara berulang

Bekerjasama dengan pelanggan untuk memahami poin masalah mereka, membuat prototipe Minimum Viable Product (MVP), menguji dan meningkatkannya, kemudian mengulanginya secara bertahap dalam membangun produk kita.

Penting untuk membangun sesedikit mungkin jumlah produk untuk menguji hipotesis kita, sebelum menginvestasikan terlalu banyak waktu dan tenaga. Ini bisa berupa mockup, yaitu prototipe yang bisa diklik, pemrosesan manual di belakang layar, dll.

Ada banyak sekali cerita tentang bagaimana perusahaan terkenal menguji konsep mereka (misalnya Zappos, Dropbox, Groupon).

Saat kamu membangun solusi yang melibatkan bantuan pelanggan, perhatikanlah persaingan, dan berikan perbedaan solusimu, yaitu Unique Value / Selling Proposition (USP / UVP) .

4. Perencanaan

Jika kamu telah berhasil sejauh ini dengan membuktikan bahwa solusi yang kamu tawarkan memiliki masa depan yang layak, inilah saatnya untuk mulai menyusun rencanamu untuk diri sendiri, tim, dan juga investor.

Berikut adalah beberapa hal yang harus kamu susun untuk startupmu :

  • Dokumen Perencanaan
    Business Plan atau pitchdeck yang menjelaskan visi/misi, masalah, solusi, pasar (pelanggan, ukuran, persaingan), SWOT, strategi pemasaran / distribusi, tim, keuangan, model bisnis, dll. Kamu bisa mencari contohnya dengan googling.
  • Dokumen Keuangan
    Pro Forma P&L serta cash flow, Burn rate & Runway, Financial Model
  • SWOT
    Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
  • Advisor
    Dewan internal dan eksternal yang menjadi penasehat / mentor startupmu.

5. Berkomitmen

Jika kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut, maka kamu sudah siap berkomitmen untuk meluncurkan startupmu.

Satu hal penting untuk diingat adalah bahwa kamu harus bekerja sepenuhnya, karena bekerja secara paruh waktu jarang sekali yang bisa berhasil.

Saya cukup sering mendengar orang yang berbicara tentang membangun startup, mereka mengerjakannya setelah seharian bekerja di kantornya sekarang. Yang pada akhirnya gagal setelah beberapa minggu / bulan, karena komitmen pekerjaan dan kehidupan pribadi lainnya.

Kesimpulan

Memulai sebuah startup tidaklah mudah. Tampaknya sih menyenangkan pada tahap-tahap awal saat kamu sedang membangun prototipe produk yang keren. Tetapi untuk membangun perusahaan yang berkelanjutan, kamu perlu memeriksa idemu itu dengan hati-hati sebelum berkomitmen sepenuhnya, karena sebagian besar aktivitas startup adalah tentang segala hal selain produk (keuangan, orang, proses, alat, masalah teknologi, pelanggan, dll).

Saya sendiri suka membangun produk, tetapi harus terus-menerus mengingatkan diri sendiri bahwa sebagai CEO, saya juga harus menaruh perhatian pada penjualan, pemasaran, layanan pelanggan, dan menjalankan keuangan secara ketat.

Jika kamu bisa menemukan co-founder atau tim yang akan melengkapi keterampilanmu, itu akan membantu meringankan perjuanganmu.

Jika kamu memulainya dengan dasar yang kokoh, itu akan meningkatkan peluang untuk membangun sebuah startup yang akan berkembang pesat di tahun-tahun mendatang, sembari kamu benar-benar menikmati perjalanannya.

Ingat, apa pun yang kamu jual, ini tentang orang-orang, bukan barang, jadi pikirkan tentang membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dengan menyelesaikan masalah mereka, mendapatkan loyalitas, dan mereka dengan senang hati akan membayarmu untuk itu

Originally published at https://aansetianto.com on November 27, 2020.

--

--

Aan Setianto

Business and Technology Enthusiast | Love to learn and share inspiration