Apakah Ide Bisnis Harus Dicari?

Aan Setianto
4 min readFeb 18, 2020

--

Seringkali ide datang dari masalah yang sedang Anda hadapi, yang itu belum mempunyai jawaban memuaskan di luar sana. Lalu, Anda memutuskan untuk memecahkan masalah itu sendiri.

Banyak contoh tentang hal ini. Ide “sepele” yang kemudian menjadi sebuah bisnis yang berkembang hebat. Sebut saja Canva, unicorn dari Australia. Ide yang datang dari seorang wanita muda berumur 19 tahun. Sewaktu kuliah, ia kesulitan mempelajari software desain grafis yang ada di pasaran saat itu untuk memenuhi keperluannya.

Atau, Anda bisa dengan mudah menemukan banyak contoh lain tentang ini. Ada banyak cerita. Seperti facebook, google, Yahoo yang bahkan mereka tidak didesain menjadi sebuah perusahaan pada awalnya, tetapi hanya sebuah proyek “main-main” saja.

Menemukan ide

Analogi yang paling dekat tentang menemukan ide ini seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Jika Anda mencarinya, dengan menyisir dan menyingkirkan sedikit demi sedikit jerami itu, kemungkinan besar jarum tidak akan ketemu. Ataupun kalau ketemu, Anda sudah keburu tua.

Cara menemukannya harus dengan bantuan magnet. Juga tidak mudah memang, tapi kemungkinan ketemu menjadi lebih besar.
Magnet untuk menemukan ide ini adalah otak Anda. Tetapi otak yang sudah dilatih. Karena otak Anda yang belum terlatih tidak bisa serta merta memikirkan apa yang ingin Anda buat, kemudian ketemulah ide tersebut. Otak yang terlatih akan bisa mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan, memilah gagasan yang baik dari yang buruk, lalu menetapkan gagasan tersebut menjadi sebuah ide bisnis. Ide akan lebih mudah ditemukan jika Anda spesifik. Membaca, mendengar, berkecimpung dalam satu hal tertentu secara terus menerus akan melatih otak Anda menjadi magnet yang kuat untuk menemukan ide-ide.

Ide itu berkembang

Anda tidak perlu menunggu mendapatkan ide “besar” untuk memulai bisnis. Bangunlah dulu pengalaman dan reputasi. Jangan terlalu lama memikirkan ide. Jalankan dulu. Karena bisa jadi Anda akan menemukan masalah baru. Perbaiki ide tersebut, jika perlu lakukan pivot. Merubah ide menjadi sesuatu yang baru lagi. Tetapi, pastikan bahwa Anda tahu kesalahan apa yang ada pada ide sebelumnya. Lalu lakukan perbaikan pada eksekusi selanjutnya. Kemudian jalankan lagi. Terus begitu

Harga sebuah ide

Menentukan sebuah ide apakah berharga atau tidak itu relatif. Ide sifatnya intangible, tidak terukur secara tepat. Ide akan menjadi sangat berharga jika berada pada orang yang tepat dalam mengeksekusinya. Ide yang sama jika dilakukan oleh orang yang tidak sama, hasilnya akan bisa beda. Satu gagal, satunya bisa sukses luar biasa. Banyak ide-ide yang memang tidak berharga, tetapi ada ide tertentu, yang spesifik, akan bisa menjadi sangat berharga di tangan orang yang tepat.

Ada satu contoh cerita yang sudah sangat terkenal, “the pirates of silicon valley”, dimana Bill Gates dan Steve Jobs menjiplak ide / prototipe dari Xerox Parc, yaitu sebuah operating system yang sudah memakai Graphical User Interface di saat era masih text-based.

If Xerox had known what it had and had taken advantage of its real opportunities,” Jobs said, years later, “it could have been as big as I.B.M. plus Microsoft plus Xerox combined-and the largest high-technology company in the world. — Steve Jobs

Pelajarannya? Hati-hati dengan ide Anda, jangan asal share.

Langkah menemukan ide

Ada beberapa langkah sistematis yang bisa membantu Anda menemukan ide bisnis.

1. Pikirkan masalah yang Anda alami sendiri

Pada aktivitas anda sehari-hari, entah itu pada pekerjaan atau lainnya, seringkali ada masalah, sedangkan belum ada jawaban yang bisa memuaskan Anda. Jadikanlah itu sebagai ide, yaitu memberikan solusi atas masalah itu. Kemudian tanyakan ke teman-teman Anda, apakah mereka juga merasakan masalah yang sama dengan Anda, dan apakah ide tersebut bisa menjawab ketidakpuasan mereka. Jika iya, bungkuslah sebagai sebuah ide bisnis

2. Temukan masalah yang dialami orang lain

Berkelilinglah. Silakan bergaul dengan banyak orang, berbincanglah dengan mereka. Coba gali apa yang sedang mereka rasakan sebagai masalah. Buatlah diskusi yang tidak terkesan formal. Jika Anda dalami, dari sana mungkin anda bisa menemukan ide yang bisa memecahkan masalah mereka.

3. Riset dari meja Anda

Google sudah menjadi alat bantu canggih yang bisa melakukan apa saja terkait informasi. Carilah informasi tentang bisnis apa yang sedang turun dan apa penggantinya. Carilah tren/topik yang sedang populer saat ini dengan Google Trends. Misalnya Anda menemukan bahwa saat ini di Indonesia sedang banyak orang yang mencari tentang “ aquaspace “, maka Anda punya peluang bisnis untuk ide serupa.

Amati startup dan teknologi baru yang sedang berjalan di luar negeri. Cari tahu apa masalah yang mereka selesaikan, dan cari tahu apakah masalah yang sama juga terjadi di Indonesia. Jika kemudian Anda memutuskan untuk menjalankan ide tersebut, Anda harus menyesuaikannya dengan kondisi masyarakat kita.

Lihatlah juga teknologi-teknologi baru yang sedang berjalan di luar negeri, seperti AI, Eco Energy, IOT, dll . Silakan lakukan riset dan uji coba untuk menerapkan teknologi yang sama di sini.

Eksekusi yang baik itu 10 kali lebih penting dan 100 kali lebih berat dibandingkan sebuah ide yang brilian

— Sam Altman, President Y Combinator

Jika Anda sudah menemukan ide bisnis, langkah penting selanjutnya adalah melakukan eksekusi. Dimulai dari proses melakukan validasi awal terhadap ide tersebut, hingga bisnis berjalan. Tetapi yang harus Ada sadari adalah, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi : ide memang tidak berjalan, ide tersebut butuh perubahan (pivot), atau eksekusi ide yang salah.

Kita akan bahas pada tulisan selanjutnya.

Originally published at http://aansetianto.com on February 18, 2020.

--

--

Aan Setianto

Business and Technology Enthusiast | Love to learn and share inspiration